Hubungan sosial atau yang disebut interaksi sosial merupakan upaya manusia memenuhi kebutuhan hidup. Tidak semua upaya manusia merupakan hubungan sosial. Oleh karena itu, hubungan sosial memiliki ciri-ciri tertentu, yaitu:
1. Adanya kontak sosial dan komunikasi;
2. Dilakukan oleh dua orang atau
lebih dan ada reaksi dari pihak lain;
3. Bersifat timbal balik, positif,
dan berkesinambungan;
4. Adanya penyesuaian norma dan
bentuk-bentuk interaksi sosial.
Hubungan sosial merupakan interaksi
sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antarindividu, antarkelompok,
ataupun antara individu dengan kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat
tiga pola proses atau interaksi sosial sebagai berikut, yaitu ;
1. Hubungan
individu dengan individu
2. Hubungan
individu dengan kelompok
3. Hubungan
kelompok dengan kelompok
Terjadinya hubungan sosial bisa dalam
bentuk kerjasama ( asosiatif ) dan konflik atau persaingan ( disasosiatif ).
1. Kerjasama
Asosiatif
Proses
asosiatif adalah proses yang berbentuk kerja sama, akomodasi, asimilasi dan
akulturasi.
a. Kerjasama
Kerja
sama, artinya usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk
mencapai tujuan bersama. Kerja sama ditemui hampir di seluruh kelompok manusia.
Kerja sama di kalangan masyarakat Indonesia disebut gotong royong. Kerja sama
dalam kehidupan bangsa Indonesia selalu ditanamkan dan ditekankan mulai dari
keluarga, sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan pemerintahan. Kerja sama
memiliki pandangan bahwa manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa orang lain.
Kerja sama dibagi menjadi lima bentuk.
1)
Kerukunan,
meliputi gotong royong dan tolong menolong.
2)
Bergainning,
yaitu perjanjian pertukaran barang-barang dan jasa antara dua organisasi atau
lebih.
3)
Kooptasi,
yaitu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam ke-pemimpinan sebuah organisasi.
4)
Koalisi,
yaitu gabungan dua badan atau lebih yang mempunyai tujuan sama.
5)
Join
venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu
b. Akomodasi
Proses
akomodasi adalah proses pemulihan hubungan baik antara dua pihak atau lebih
yang pada mulanya mengalami suatu sengketa. Proses akomodasi memerlukan
perhatian dari kedua belah pihak bahkan kadang-kadang membutuhkan pihak ketiga
sebagai penengah. Adapun tujuan akomadasi, sebagai berikut.
1)
Mengurangi
pertentangan antara orang perorang atau kelompok-kelompok manusia akibat
perbedaan paham.
2)
Mencegah
meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu.
3)
Memungkinkan
terjadinya kerja sama antara kelompok satu dengan lainnya yang terpisah karena
budaya.
4)
Melebur
kelompok sosial yang terpisah.
Akomodasi
dapat berbentuk sebagai berikut.
1)
Pemaksaan
(coertion) adalah suatu bentuk akomodasi yang dilakukan dengan paksaan oleh
pihak ketiga yang lebih kuat kedudukannya.
2)
Kompromi
(compromize) adalah suatu penyelesaian sengketa dengan cara mengurangi tuntutan
dari kedua belah pihak sehingga terjadi titik temu.
3)
Mediasi
(mediation) adalah penggunaan jasa perantara.
4)
Arbitrasi
merupakan salah satu cara untuk mencapai kompromi apabila pihakpihak yang
bertikai tidak mampu menghadapi sendiri. Arbitrasi dilakukan dengan
menghadirkan pihak ketiga yang mendapat persetujuan kedua belah pihak.
5)
Konsiliasi
adalah usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang bertikai untuk
mencari pemecahan.
6)
Peradilan
(adjudication) adalah suatu penyelesaian sengketa dengan penyelesaian sesuai
dengan hukum yang berlaku melalui peradilan.
7)
Toleransi
adalah penyelesaian sengketa dengan jalan memberikan toleransi kepada
masing-masing pihak, dengan demikian akan terjadi pemulihan hubungan baik.
8)
Stalemate
adalah proses penyelesaian sengketa yang terjadi dengan sendirinya. Stalemate
juga merupakan satu bentuk akomodasi di mana pihak yang bertentangan berhenti
pada satu titik tertentu karena mempunyai kekuatan seimbang.
c. Asimilasi
Asimilasi
adalah proses kerja sama yang sangat harmonis dengan membentuk suatu kesatuan
yang homogen. Asimilasi juga merupakan proses sosial yang ditandai dengan
usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorang
dan kelompok. Seseorang yang melakukan asimilasi ke dalam suatu kelompok tidak
lagi membedakan dirinya, tetapi telah mengidentifikasi dengan kelompok
tersebut. Asimilasi terjadi karena adanya faktor-faktor yang memengaruhi.
Faktor-faktor yang memengaruhi proses asimilasi sebagai berikut.
1)
Sikap
dan kesediaan saling menenggang (toleransi).
2)
Sikap
dalam menghadapi orang asing dan kebudayaannya.
3)
Adanya
kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang.
4)
Keterbukaan
golongan penguasa.
5)
Perkawinan
campuran.
6)
Adanya
kesamaan dalam berbagai unsur budaya.
7)
Adanya
musuh bersama dari luar.
Faktor
yang menghambat terjadinya asimilasi sebagai berikut.
1)
Adanya
isolasi kebudayaan dan salah satu kebudayaan kelompok.
2)
Kurangnya
pengetahuan dari salah satu kelompok atas kebudayaan kelompok.
3)
Ketakutan
atas kekuatan kebudayaan kelompok lain.
4)
Perasaan
superioritas atas kebudayaan kelompok tertentu.
5)
Adanya
perbedaan ciri-ciri badaniah.
6)
Adanya
persaingan in-group yang kuat.
7)
Adanya
diskriminasi.
8)
Adanya
perbedaan kepentingan antarkelompok
2. Proses Disasosiatif
Proses disosiatif disebut sebagai
proses oposisi. Secara umum, proses disosiatif dibedakan atas tiga bentuk,
yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan.
a. Persaingan (Kompetisi)
Persaingan
adalah suatu proses sosial yang terjadi karena individu atau kelompok saling
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang pada suatu masa
menjadi pusat perhatian publik dengan cara mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan dapat bersifat pribadi
atau kelompok. Persaingan dapat terjadi dalam berbagai hal, seperti persaingan
ekonomi, kebuayaan, ras, dan peranan.
b. Kontravensi merupakan suatu bentuk proses
sosial yang ditandai dengan adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau
perasaan tidak suka yang disembunyikan. Perasaan tidak suka yang tersembunyi
dapat berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menimbulkan
pertikaian.Proses kontravensi mencakup lima proses sebagai berikut.
1)
Proses
yang umum dari kontravensi meliputi perbuatan, penolakan,perlawanan, protes,
dan lain-lain.
2)
Bentuk
dari kontravensi yang sederhana, misalnya mencaci maki orang, memfitnah dan
mencela.
3)
Bentuk
kontravensi yang intensif menyangkut penghasutan, menyebarkan isu, dan
mengecewakan.
4)
Kontravensi
yang bersifat rahasia.
5)
Kontravensi
yang bersifat taktis, misalnya mengejutkan lawan, membingungkan pihak lain atau
provokasi.
Selain
lima proses tersebut, ada tiga tipe umum kontravensi dalam kehidupan sehari-hari.
1)
Kontravensi
yang menyangkut generasi dalam masyarakat. Hal ini terjadi dalam masyarakat
yang memiliki perubahan cepat. Misalnya hubungan anak dan orang tua.
Meningkatnya usia anak mengakibatkan lingkungan pergaulan makin meluas sehingga
orang tua khawatir anak akan menyimpang dari tradisi.
2)
Kontravensi
yang menyangkut bidang seks. Kontravensi itu menyangkut hubungan suami istri
dalam keluarga dan peranannya di masyarakat.
3)
Kontravensi
parlementer. Kontravensi ini menyangkut hubungan antar golongan mayoritas dan
minoritas.
c. Pertentangan
Pertentangan
adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha memenuhi
tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman atau
kekerasan. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya pertentangan, antara lain:
1) perbedaan antara individu-individu,
2) perbedaan kebudayaan,
3) perbedaan kepentingan, dan
4) perubahan sosial.
Akibat yang ditimbulkan oleh pertentangan dalam
masyarakat di suatu pihak dapat memperkuat kepribadian dari kelompok yang
bertentangan itu sendiri. Di pihak lain, setiap pertentangan pasti akan
menimbulkan perubahan. Akibat dari pertentangan sebagai berikut.
1)
Tumbuhnya
solidaritas di dalam kelompok yang timbul akibat dari pertentangan antarkelompok.
2)
Goyahnya
persatuan kelompok apabila pertentangan itu terjadi di dalam kelompok.
3)
Timbulnya
perubahan dari kepribadian orang per orang.
4)
Hancurnya
harta benda dan jatuhnya korban manusia jika terjadi konflik fisik.
5)
Akomodasi,
dominasi, dan takluknya salah satu pihak. Semua sumber-sumber proses sosial di
atas terdapat di kehidupan masyarakat, tetapi intensitas dan kedalamannya
berbeda-beda.